PURWAKARTA, (RN).- Keberadaan agency yang masuk Simedkom jadi pertanyaan apa kapasita dan aturannya. Sebab, dua perusahaan agency masuk Sitmedkom dengan anggaran ratusan juta rupiah.
Otomatis, beberapa insan media menyesalkan keputusan Diskominfo Purwakarta yang dianggap tebang pilih dalam menentukan kerjasama Publikasi tahun 2024.
Pasalnya, keputusan tersebut tidaklah sesuai dengan mekanisme dan terkesan memihak golongan tertentu.
“Kita sudah sering diberi informasi jika Diskominfo memiliki anggaran Publikasi, bahkan peruntukan dari anggaran tersebut buat media yang sudah mendaftar di aplikasi. Akan tetapi, kali ini terkesan tertutup dalam pendistribusiannya,” ungkap salah seorang wartawan yang namanya enggan disebutkan.
Menurutnya, informasi yang diberikan Diskominfo terkait penyerapan anggaran publikasi tidak terbuka.
Hingga pasca Idul Adha ini banyak persyaratan yang dianggap terlalu diada-adakan.
“Mulai dari pendistribusian kepada media mana saja, kamu tidak diberitahu. Padahal, kami sudah mendapat informasi jika media dari luar yang jelas tidak ada kontribusinya malah dapat diterima bahkan menjadi prioritas,” jelasnya.
Diinformasikan, penilaian terhadap belanja jasa media yang dilakukan oleh Diskominfo sangat tidak koperatif. Hal itu dengan tidak adanya keterbukaan dari dinas terkait kepada sejumlah awak media yang notabene berdomisili di Purwakarta.
Bahkan, informasi terkait dilaksanakannya proses E-katalog atau belanja langsung yang digemborkan dinas. Pada kenyataanya tidak dilakukan.
Pasalnya, masih saja ada beberapa media yang diakomodir tanpa melalui belanja langsung ekatalog. Melainkan masih menggunakan jasa dari pihak ketiga (agency).
Padahal, jika aturan yang diterapkan tidak dirubah oleh dinas. Maka media khususnya yang berdomisili di Purwakarta akan dapat menerima.
Menanggapi hal tersebut, Kabid IKP (Informasi Komunikasi dan Publikasi) Dinas Kominfo Purwakarta, Sri Budiyanti, Rabu (19/6/2024) mengaku masuknya agency untuk membantu media.
“Seperti kita ketahui, banyak media yang mengalami kendala tidak bisa masuk Sitmedkom. Oleh karena itu, kami membantunya melalui agennya,” katanya.
Ketika ditanyakan berapa media yang dipilih agency, wanita yang akrab disapa Bunda Ati ini menjawab ada dua puluh media yang diakomodir agency.
“Nama-nama medianya lupa saya,” katanya terkesan menutupi.
Sementara itu, ditanyakan apakah media yang diakomodir agency apakah yang memiliki perusahaan media atau tidak, Ati tidak membalas pesan WhatsApp yang dikirim wartawan riskanews.com. (Vans)